Psikologi Kepribadian-Teori Menurut John Dollard dan Neal E. Miller

 Teori Menurut John Dollard dan Neal E. Miller
John Dollard lahir di Menasha, Wisconsin pada 29 Agustus 1900. Neal E. Miller dilahirkan di Milwaukee, Wisconsin pada tanggal 3 Agustus 1909. John Dollard dan Neil E. Miller keduanya mengabdi di Institute Of Human Relation, keduanya melakukan sebuah gagasan teori yang nantinya sangat berpengaruh di bidang psikologi yang dikenal dengan stimulus- response theory yang berkaitan dengan teori belajar. Dari teori yang diketemukan oleh Dollard dan Miller bahwa mereka beranggapan bahwa kebiasaan merupakan salah satu elemen dalam struktur kepribadian, kemudian bagaimana Dollard dan Miller menjelaskan dinamika kepribadian, perkembangan kepribadian serta tingkah laku abnormal.
Teori   :
1.    Struktur Kepribadian
Kebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relative stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara. Maksudnya, kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru keesokan harinya. Dollard dan Miller menyerahkan kepada ahli lain rincian perangkat habit tertentu yang mungkin menjadi ciri seseorang, karena mereka lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar, bukan kepemilikan atau hasilnya. Namun mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal dari orang itu sendiri atau dari orang lain, dan responnya yang umum juga berbentuk verbal. Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives), seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relative stabil. Dorongan primer (primary drives) dan hubungan stimulus-respon yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan stimulus-respon bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.
2.    Dinamika Kepribadian
·      Motivasi - Dorongan (Motivation-Drives)
Dollard dan Miller sangat memperhatikan motivasi atau drive. Dalam kehidupan manusia banyak sekali muncul dorongan yang harus dipelajari. Secondary drives berdasarkan dorongan seperti cemas, takut, gelisah. Sedangkan primary drives berdasarkan dorongan primer seperti lapar,haus dan seks. Dollar dan Miller juga mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti oleh dorongan sekunder, tetapi penguat yang primer ternyata juga diganti dengan penguat sekunder. Misalnya,senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas pemberian makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya. senyum akan menjadi penguat sekunder yang sangat kuat bagi bayi sampai dewasa.
·      Proses Belajar
Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus. Yang memperlihatkan prinsip belajar.
Peralatannya adalah
- kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa sakit.
-Kotak itu diberi sekat yang dapat dilocati tikus.
-Sisi yang satu di beri warna putih dan sisi lain diberi warna hitam.
-Dibunyikan bel bersamaan dengan pemberian kejutan listirk
Pada kotak putih yang telah diberi kejutan listrik akan membuat tikus kesakitan, Kotak itu di beri sekat yang dapat diloncati tikus. Pembunyian bel selalu dibarengi dengan pemberian kejutan listrik yang membuat tikus meloncat dari kotak putih ke kotak hitam. tikus merespon bel sebagai tanda ada kejutan listrik disebut CLASICAL CONDITIONING. Respon tikus meloncati sekat disebut INSTRUMENTAL LEARNING. Setelah tikus belajar meloncat untuk menghindari rasa sakit, percobaan kemudian ditingkatkan dan mengganti sekatan dengan memasang pengumpil yang harus ditekan tikus untuk membuka sekat hitam. Ternyata tikus berhenti menabrak sekat dan menemukan cara lain yaitu dengan menekan pengumpil untuk membuka sekat hitam. Pengganti tingkah laku pada tikus dari menabrak sekt menjadi menekan pengumpil disebut EXTINCTION. Primary drive (rasa sakit) memunculkan secondary drive(rasa takut) yang kemudian memotivasi tingkah laku organisme.
Inilah kemudian yang menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive,cue,response,dan reinforcement.
1)   Drive: stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya. Terbagi menjadi 2: primary drive dan secondary drive.
2)   Cue: stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya. Isyarat yang ada dalam proses belajar.
3)   Response: aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu.
4)   Reinforsemen: agar belajar terjadi, harus ada reinforsemen atau hadiah. Dollard dan Miller mendefinisikan reinforsemen sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). Misalnya: Adi lapar (primary drive) ia menjadi cemas (secondary drive) selanjutnya ada pilihan yang dapat Adi pilih(cue) meminta kepada teman atau membeli ke kantin sekolah. Akhirnya, Adi memilih untuk membeli makanan ke kantin(respon) jadi, Adi tidak merasa lapar lagi(reinforcement).

·         Proses Mental Yang Lebih Tinggi
Perluasan Stimulus-Respon
Dollard dan Miller memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus – respon,. Untuk contoh kasus, seorang pilot yang pesawatnya meledak karena diserang musuh, tetapi sang pilot tersebut bisa menyelamatkan diri sebelum pesawat tersebut meledak, kemudian sang pilot menjadi fobia, takut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pesawat dan pertempuran. Konsep drive, cue, response dan reinforcement menjadi kurang tepat karena stimuli penyebab takut bukan lagi suara ledakan, tetapi juga pikiran dan ingatan tentang pesawat dan ledakannya
Sesuai dengan dinamika kepribadian Dollard & Miller, kasus fobia yang dialami pilot tersebut terjadi karena adanya proses mental yang lebih tinggi, yaitu adanya perluasan stimulus-respon. Stimulus penyebab rasa takut pada pilot tersebut bukan lagi disebabkan karena ia melihat pesawat ataupun pertempuran, namun karena adanya perluasan stimulus dan respon yaitu pikiran mengenai pesawat meledak dan ingatannya terhadap pengalaman masa lalu. Tidak hanya itu, dalam dinamika kepribadian Dollard & Miller terdapat generalisasi stimulus, dimana pada kasus fobia yang dialami pilot tersebut terjadi dikarenakan adanya immediate effect (respon yang berdampak segera).


Generalisasi Stimulus
Menurut Dollard dan Miller, ada dua tipe interaksi individu dengan lingkungannya. Pertama interaksi yang umumnya memiliki respon berdampak segera (immediate effect) terhadap lingkungan dan dituntun  oleh cue dan atau situasi tunggal (segera menginjak pedal jika ada anak ingin menyembrang jalan). Kedua respon menghasilkan isyarat (cue-producing response) yang fungsi utamanya membuka jalan terjadinya generalisasi atau diskriminasi.
Respon yang dipelajari dalam dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang bentuk atau wujud fisiknya mirip. Ini disebut generalisasi stimulus (stimulus generalization). Semakin mirip stimulus lain itu dengan stimulus aslinya, peluang terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar. Pada manusia, bisa terjadi generalisasi mediasi (mediated stimulus generalization), yakni generalisasi karena stimulus lain dengan stimulus asli dimasukkan ke dalam klasifikasi yang sama berdasarkan alasan (reasoning) tertentu, atau diberi label (nama) yang sama.
Reasoning
Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Ada proses berfikir sebelum individu tersebut melakukan kegiatan daripada melakukan hal yang coba-coba.
Bahasa (Ucapan, Pikiran, Tulisan Maupun Sikap Tubuh)
Bahasa sering digunakan untuk memberi label pada peristiwa yang hampir sama agar dapat merespon berbeda peristiwa tersebut. Bahasa juga mempengaruhi perilaku. Dollard dan Milller sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata mampu membangkitkan drive dan memperkuat atau memberi jaminan. Kata dapat berfungsi sebagai pengatur waktu, maksudnya kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal dengan menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang. Jelasnya, intervensi verbal terhadap drive-cue-responsereinforcement telah membuat tingkah laku manusia menjadi semakin kompleks. Tanpa kata atau pikiran untuk mendukung motivasi lintas waktu, tingkah laku mungkin menjadi kurang konsisten dan kurang fleksibel. Misalnya: Adi memakan mangga muda pasti dengan sambal rujak berbeda apabila mangga aromanis yang bisa langsung dimakan.

Secondary Drive                                         
Dalam masyarakat yang modern yang kompleks, tingkah laku tidak semata-mata diatur oleh penguat primer (misalnya, makanan dan air). Kehidupan manusia modern dibentuk oleh perjuangan memeroleh prestise, status, kebahagiaan, kekayaan, ketergantungan, dan sebagainya. Umumnya drive sekunder bersifat rentan, manakala drive itu berulang-ulang gagal menjadi reinforcement, drive itu menjadi lemah. Anak yang gagal mendapat pujian orang tua karena usahanya tidak mencapai prestasi yang diharapkan, sering berakibat anak menjadi bosan dan menolak berusaha mendapat pujian Misalnya nilai kebenaran dan integritas tetap dipertahankan (sebagai sumber reinforcement).
·         Model Konflik
Ada tiga bentuk konflik:
1.     konflik approach-avoidance (orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan negatif yang ada di satu situasi)
Contoh:seseorang yang memilih untuk belajar mengendarai mobil, didalam sisi positif jika seseorang itu bisa mengendarain mobil sendiri, ia akan bisa melakukan sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain. Tetapi dalam sisi negatifnya, jika ada sesuatu yang terjadi pada saat ia mengendarai mobil sendiri, ia akan menyelesaikannya sendiri yang pada sebenernya ia juga membutuhkan bantuan orang lain.

2.    konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama negatif)
Contoh:seseorang yang sedang merasakan sakit gigi, di dalam sisi negatif ia merasakan sakit jika tidak dibawa ke dokter. Jika ia ingin sembuh ia harus ke dokter tetapi pada saat ia ke dokter ia takut karena banyak hal-hal yang ia takuti seperti bor dan sebagainya. Disitulah orang dihadapkan pada dua sisi yang negatif.
3.    konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama positif)
Contoh:seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan , ketika dua pilihan itu sama-sama positif. Ketika orang itu diterima di dua universitas dan diterima di fakultas yang ia inginkan, ia akan memilih universitas yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya walaupun pilihan tersebut sama-sama positif baginya.
·            Ketidaksadaran
Dollard dan miller memandang penting faktor ketidaksadaran, Dollard dan miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua. Yang pertama ketidaksadaran yang berisi hal yang tidak pernah disadari seperti stimuli,drive dan respon yang dipelajari bayi sebelum bisa berbicara sehingga tidak memliki label verbal. Yang ke dua berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi.
3.    PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Perangkat innate respon sederhana dan primary process
Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana menjadi dewasa yang kompleks sebagai proses yang menarik, sehingga banyak karyanya yang menjelaskan
masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoir primitif yang paling penting, yaitu :
a. Refleks spesifik (specific reflexes)
Bayi memiliki refleks yang spesifik kebanyakan berupa respon tertentu terhadap stimulus atau kelompok stimulus tertentu.
b. Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response)
Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon lainnya.
c. Dorongan primer (primary drive) Stimulus internal yang kuat dan bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menentukan aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan. Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku primitif di atas menjadi dewasa yang kompleks. Bayi akan terus berusaha mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru, memberikan reinforcement respon baru, memunculkan motif sekunder dari drive primer dan mengembangkan proses mental yang lebih tinggi melalui mediasi stimulus.
2. Konteks Sosial
Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dimana orang orang itu berkembang. Sebagian besar interaksi anak dengan
lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan simbol komunikasi verbal (verbal cues) serta bagaimana memahami simbul verbal produk orang lain. Bahasa adalah produk
sosial dan akalu proses bahasa itu penting, maka lingkungan social pasti juga penting dalam perkembangan kepribadian. Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan
antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Bagi Dollard dan Miller, prinsip–prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Dollard dan Miller yakin bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh masyarakatnya.
3. Situasi Pembelajaran (training situation)
Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak peristiwa dimana konflik mental parah yang tidak disadari dapat timbul. Dollard dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan emosi, yaitu:
a. Situasi makan (feeding situation)
Situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu. Situasi pemberian makanan yang memuaskan menjadi dasar belajar sikap sosial dan cinta.
b. Pendidikan kebersihan (cleanliness training)
Belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang kompleks dan sulit bagi bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi banyak orang tua. Anak yang gagal atau lambat menguasai keterampilan ini cepat dihukum, sehingga mengembangkan asosiasi orang tua dengan hukuman.
c. Pendidikan sex awal (early sex training)
Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah melakukannya bersumber dari orang tua yang menanamkan dalam diri anak kecemasan yang
sangat dalam seks.
d. Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)
Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum sehingga anak belajar menekan rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat kepribadian anak tidak dapat berkembang.





Daftar Pustaka:
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian.
http://a11no4.wordpress.com/2010/03/21/teori-stimulus-respon-hull-dollard-miller/
Alwisol. Psikologi Kepribadian:2009. Umm press
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2004

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Pria