Psikologi Kepribadian-Teori Menurut John Dollard dan Neal E. Miller
Teori Menurut John Dollard dan Neal E. Miller
http://a11no4.wordpress.com/2010/03/21/teori-stimulus-respon-hull-dollard-miller/
John Dollard lahir di Menasha, Wisconsin pada 29 Agustus 1900. Neal
E. Miller dilahirkan di Milwaukee, Wisconsin pada tanggal 3 Agustus 1909. John
Dollard dan Neil E. Miller keduanya mengabdi di Institute Of Human Relation,
keduanya melakukan sebuah gagasan teori yang nantinya sangat berpengaruh di
bidang psikologi yang dikenal dengan stimulus- response theory yang berkaitan dengan teori
belajar. Dari teori yang diketemukan oleh Dollard dan Miller bahwa mereka
beranggapan bahwa kebiasaan merupakan salah satu elemen dalam struktur
kepribadian, kemudian bagaimana Dollard dan Miller menjelaskan dinamika
kepribadian, perkembangan kepribadian serta tingkah laku abnormal.
Teori :
1.
Struktur Kepribadian
Kebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard
dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus
dengan respon, yang relative stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Namun
susunan kebiasaan itu bersifat sementara. Maksudnya, kebiasaan hari ini mungkin
berubah berkat pengalaman baru keesokan harinya. Dollard dan Miller menyerahkan
kepada ahli lain rincian perangkat habit tertentu yang mungkin menjadi ciri seseorang,
karena mereka lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar, bukan
kepemilikan atau hasilnya. Namun mereka menganggap penting kelompok habit dalam
bentuk stimulus verbal dari orang itu sendiri atau dari orang lain, dan
responnya yang umum juga berbentuk verbal. Dollard dan Miller juga
mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives), seperti rasa takut sebagai bagian
kepribadian yang relative stabil. Dorongan primer (primary drives) dan hubungan stimulus-respon
yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun
kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan
hubungan stimulus-respon bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan
membuat seseorang menjadi unik.
2.
Dinamika Kepribadian
·
Motivasi - Dorongan (Motivation-Drives)
Dollard dan Miller sangat memperhatikan motivasi atau drive. Dalam
kehidupan manusia banyak sekali muncul dorongan yang harus dipelajari.
Secondary drives berdasarkan dorongan seperti cemas, takut, gelisah. Sedangkan
primary drives berdasarkan dorongan primer seperti lapar,haus dan seks. Dollar
dan Miller juga mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti
oleh dorongan sekunder, tetapi penguat yang primer ternyata juga diganti dengan
penguat sekunder. Misalnya,senyum orang tua secara bijak terus menerus
dihubungkan dengan aktivitas pemberian makanan, penggantian popok dan aktivitas
yang memberi kenyamanan lainnya. senyum akan menjadi penguat sekunder yang
sangat kuat bagi bayi sampai dewasa.
·
Proses Belajar
Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus.
Yang memperlihatkan prinsip belajar.
Peralatannya adalah
- kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa
sakit.
-Kotak itu diberi sekat yang dapat dilocati tikus.
-Sisi yang satu di beri warna putih dan sisi lain diberi warna
hitam.
-Dibunyikan bel bersamaan dengan pemberian kejutan listirk
Pada kotak putih yang telah diberi kejutan listrik akan membuat
tikus kesakitan, Kotak itu di beri sekat yang dapat diloncati tikus. Pembunyian
bel selalu dibarengi dengan pemberian kejutan listrik yang membuat tikus
meloncat dari kotak putih ke kotak hitam. tikus merespon bel sebagai tanda ada
kejutan listrik disebut CLASICAL CONDITIONING. Respon tikus meloncati sekat
disebut INSTRUMENTAL LEARNING. Setelah tikus belajar meloncat untuk menghindari
rasa sakit, percobaan kemudian ditingkatkan dan mengganti sekatan dengan
memasang pengumpil yang harus ditekan tikus untuk membuka sekat hitam. Ternyata
tikus berhenti menabrak sekat dan menemukan cara lain yaitu dengan menekan
pengumpil untuk membuka sekat hitam. Pengganti tingkah laku pada tikus dari
menabrak sekt menjadi menekan pengumpil disebut EXTINCTION. Primary drive (rasa
sakit) memunculkan secondary drive(rasa takut) yang kemudian memotivasi tingkah
laku organisme.
Inilah kemudian yang menjadi empat komponen utama belajar, yakni
drive,cue,response,dan reinforcement.
1) Drive: stimulus (dari
dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak
menentukan bentuk kegiatannya. Terbagi menjadi 2: primary drive dan secondary
drive.
2) Cue: stimulus yang
memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya. Isyarat yang ada
dalam proses belajar.
3) Response: aktivitas
yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum suatu respon
dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu.
4) Reinforsemen: agar
belajar terjadi, harus ada reinforsemen atau hadiah. Dollard dan Miller
mendefinisikan reinforsemen sebagai drive pereda dorongan (drive reduction).
Misalnya: Adi lapar (primary drive) ia menjadi cemas (secondary drive)
selanjutnya ada pilihan yang dapat Adi pilih(cue) meminta kepada teman atau
membeli ke kantin sekolah. Akhirnya, Adi memilih untuk membeli makanan ke
kantin(respon) jadi, Adi tidak merasa lapar lagi(reinforcement).
·
Proses Mental Yang Lebih Tinggi
Perluasan Stimulus-Respon
Dollard dan Miller memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus –
respon,. Untuk contoh kasus, seorang pilot yang pesawatnya meledak karena
diserang musuh, tetapi sang pilot tersebut bisa menyelamatkan diri sebelum
pesawat tersebut meledak, kemudian sang pilot menjadi fobia, takut terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pesawat dan pertempuran. Konsep drive, cue,
response dan reinforcement menjadi kurang tepat karena stimuli
penyebab takut bukan lagi suara ledakan, tetapi juga pikiran dan ingatan
tentang pesawat dan ledakannya
Sesuai dengan dinamika kepribadian Dollard & Miller, kasus fobia
yang dialami pilot tersebut terjadi karena adanya proses mental yang lebih
tinggi, yaitu adanya perluasan stimulus-respon. Stimulus penyebab rasa takut
pada pilot tersebut bukan lagi disebabkan karena ia melihat pesawat ataupun
pertempuran, namun karena adanya perluasan stimulus dan respon yaitu pikiran
mengenai pesawat meledak dan ingatannya terhadap pengalaman masa lalu. Tidak
hanya itu, dalam dinamika kepribadian Dollard & Miller terdapat
generalisasi stimulus, dimana pada kasus fobia yang dialami pilot tersebut
terjadi dikarenakan adanya immediate effect (respon yang berdampak
segera).
Generalisasi Stimulus
Menurut Dollard dan Miller, ada dua tipe interaksi individu dengan
lingkungannya. Pertama interaksi yang umumnya memiliki respon berdampak segera
(immediate effect) terhadap lingkungan dan dituntun oleh cue dan atau situasi tunggal (segera
menginjak pedal jika ada anak ingin menyembrang jalan). Kedua respon
menghasilkan isyarat (cue-producing response) yang fungsi utamanya membuka
jalan terjadinya generalisasi atau diskriminasi.
Respon yang dipelajari dalam dalam kaitannya dengan suatu stimulus,
dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang bentuk atau wujud fisiknya
mirip. Ini disebut generalisasi stimulus (stimulus generalization). Semakin mirip stimulus lain
itu dengan stimulus aslinya, peluang terjadinya generalisasi tingkah laku,
emosi, pikiran atau sikap semakin besar. Pada manusia, bisa terjadi
generalisasi mediasi (mediated stimulus generalization), yakni generalisasi
karena stimulus lain dengan stimulus asli dimasukkan ke dalam klasifikasi yang
sama berdasarkan alasan (reasoning) tertentu, atau diberi label (nama) yang
sama.
Reasoning
Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Ada
proses berfikir sebelum individu tersebut melakukan kegiatan daripada melakukan
hal yang coba-coba.
Bahasa (Ucapan, Pikiran, Tulisan Maupun Sikap
Tubuh)
Bahasa sering digunakan untuk memberi label pada peristiwa yang
hampir sama agar dapat merespon berbeda peristiwa tersebut. Bahasa juga
mempengaruhi perilaku. Dollard dan Milller sangat mementingkan peran bahasa
dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata mampu membangkitkan drive
dan memperkuat atau memberi jaminan. Kata dapat berfungsi sebagai pengatur
waktu, maksudnya kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal
dengan menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang. Jelasnya, intervensi
verbal terhadap drive-cue-response–reinforcement
telah membuat tingkah laku manusia menjadi semakin kompleks. Tanpa kata atau
pikiran untuk mendukung motivasi lintas waktu, tingkah laku mungkin menjadi
kurang konsisten dan kurang fleksibel. Misalnya: Adi memakan mangga muda pasti
dengan sambal rujak berbeda apabila mangga aromanis yang bisa langsung dimakan.
Secondary Drive
Dalam masyarakat yang modern yang kompleks, tingkah laku tidak
semata-mata diatur oleh penguat primer (misalnya, makanan dan air). Kehidupan
manusia modern dibentuk oleh perjuangan memeroleh prestise, status,
kebahagiaan, kekayaan, ketergantungan, dan sebagainya. Umumnya drive sekunder
bersifat rentan, manakala drive itu berulang-ulang gagal menjadi reinforcement,
drive itu menjadi lemah. Anak yang gagal mendapat pujian orang tua karena
usahanya tidak mencapai prestasi yang diharapkan, sering berakibat anak menjadi
bosan dan menolak berusaha mendapat pujian Misalnya nilai kebenaran dan
integritas tetap dipertahankan (sebagai sumber reinforcement).
·
Model Konflik
Ada tiga bentuk konflik:
1.
konflik approach-avoidance
(orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan negatif yang ada di satu
situasi)
Contoh:seseorang yang memilih untuk belajar mengendarai mobil,
didalam sisi positif jika seseorang itu bisa mengendarain mobil sendiri, ia
akan bisa melakukan sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain. Tetapi dalam
sisi negatifnya, jika ada sesuatu yang terjadi pada saat ia mengendarai mobil
sendiri, ia akan menyelesaikannya sendiri yang pada sebenernya ia juga
membutuhkan bantuan orang lain.
2.
konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan
yang sama-sama negatif)
Contoh:seseorang yang sedang merasakan sakit gigi, di dalam sisi
negatif ia merasakan sakit jika tidak dibawa ke dokter. Jika ia ingin sembuh ia
harus ke dokter tetapi pada saat ia ke dokter ia takut karena banyak hal-hal
yang ia takuti seperti bor dan sebagainya. Disitulah orang dihadapkan pada dua
sisi yang negatif.
3.
konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang
sama-sama positif)
Contoh:seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan , ketika dua
pilihan itu sama-sama positif. Ketika orang itu diterima di dua universitas dan
diterima di fakultas yang ia inginkan, ia akan memilih universitas yang lebih
dekat dengan tempat tinggalnya walaupun pilihan tersebut sama-sama positif
baginya.
·
Ketidaksadaran
Dollard dan miller memandang penting faktor ketidaksadaran, Dollard
dan miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua. Yang pertama
ketidaksadaran yang berisi hal yang tidak pernah disadari seperti stimuli,drive
dan respon yang dipelajari bayi sebelum bisa berbicara sehingga tidak memliki
label verbal. Yang ke dua berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan
dan menjadi tidak disadari karena adanya represi.
3.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Perangkat innate respon sederhana dan primary process
Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana
menjadi dewasa yang kompleks sebagai proses yang menarik, sehingga banyak
karyanya yang menjelaskan
masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoir primitif yang paling penting,
yaitu :
a. Refleks spesifik (specific reflexes)
Bayi memiliki refleks yang spesifik kebanyakan berupa respon
tertentu terhadap stimulus atau kelompok stimulus tertentu.
b. Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response)
Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu
sebelum melakukan respon lainnya.
c. Dorongan primer (primary drive) Stimulus internal yang
kuat dan bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses
fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi
tidak menentukan aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan. Melalui
proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku
primitif di atas menjadi dewasa yang kompleks. Bayi akan terus berusaha
mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli
baru, memberikan reinforcement respon baru, memunculkan motif sekunder
dari drive primer dan mengembangkan proses mental yang lebih
tinggi melalui mediasi stimulus.
2. Konteks Sosial
Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh
konteks sosial dimana orang orang itu berkembang. Sebagian besar interaksi anak
dengan
lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan simbol
komunikasi verbal (verbal cues) serta bagaimana memahami simbul verbal
produk orang lain. Bahasa adalah produk
sosial dan akalu proses bahasa itu penting, maka lingkungan social pasti
juga penting dalam perkembangan kepribadian. Dollard dan Miller menekankan
saling ketergantungan
antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Bagi Dollard dan
Miller, prinsip–prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Dollard dan
Miller yakin bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh masyarakatnya.
3. Situasi Pembelajaran (training situation)
Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap 12 tahun
kehidupan awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak
peristiwa dimana konflik mental parah yang tidak disadari dapat timbul. Dollard
dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan
emosi, yaitu:
a. Situasi makan (feeding situation)
Situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu. Situasi pemberian
makanan yang memuaskan menjadi dasar belajar sikap sosial dan cinta.
b. Pendidikan kebersihan (cleanliness training)
Belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang
kompleks dan sulit bagi bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi
banyak orang tua. Anak yang gagal atau lambat menguasai keterampilan ini cepat
dihukum, sehingga mengembangkan asosiasi orang tua dengan hukuman.
c. Pendidikan sex awal (early sex training)
Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa
sesudah melakukannya bersumber dari orang tua yang menanamkan dalam diri anak
kecemasan yang
sangat dalam seks.
d. Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)
Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum
sehingga anak belajar menekan rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat
kepribadian anak tidak dapat berkembang.
Daftar Pustaka:
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian.http://a11no4.wordpress.com/2010/03/21/teori-stimulus-respon-hull-dollard-miller/
Alwisol. Psikologi Kepribadian:2009. Umm
press
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press,
2004
Komentar
Posting Komentar